Konseling
|
Psikoterapi
|
||
1.
|
Pasien
|
1.
|
Klien
|
2.
|
Gangguan yang serius
|
2.
|
Gangguan yang kurang serius
|
3.
|
Masalah kepribadian dan
pengambilan keputusan
|
3.
|
Masalah : jabatan, pendidikan
|
4.
|
Berhubungan dengan penyembuhan
|
4.
|
Berhubungan dengan pencegahan
|
5.
|
Lingkungan medis
|
5.
|
Lingkungan pendidikan dan
nonmedis
|
6.
|
Berhubungan dengan
ketidaksadaran
|
6.
|
Berhubungan dengan kesadaran
|
7.
|
Metode penyembuhan
|
7.
|
Metode pendidikan
|
Perbedaan Psikoterapi dan Konseling
Konseling dan psikoterapi memiliki persamaan dan perbedaan
serta mempunyai keterkaitan satu dengan lainnya. Perbedaan antara keduanya
tidak bisa dibuat secara jelas, akan tetapi banyak hal-hal yang dilakukan oleh
konselor juga dilakukan oleh psikoterapis dan hal dan hal-hal yang merupakan
praktek hal yang merupakan praktek psikoterapis juga dilakukan oleh konselor.
Berdasarkan Tujuan:
·
Hans
dan MacLean (1995) Konseling menitikberatkan pada upaya pencegahan agar
penyimpangan yang merusak dirinya tidak timbul. Sedangkan psikoterapi terlebih
dahulu menangani penyimpangan yang merusak dan baru kemudian menangani usaha
pencegahannya.
·
Mowrer
(1953) Konseling berhubungan dengan usaha mengatasi klien yang mengalami
gangguan kecemasan biasa. Sedangkan psikoterapi berusaha menyembuhkan klien atau
pasien yang menderita neurosis-kecemasan.
·
Tyler
(1961) Konseling berhubungan dengan proses bantuan terhadap klien agar
menumbuhkan identitas, berhubungan dengan penggunaan sumber yang ada. Sedangkan
psikoterapi berusaha melakukan perubahan pada struktur dasar
perkembangannya atau perubahan kepribadian.
·
Wolberg,
Konseling berhubungan dengan tujuan untuk memberikan support dan mendidik
kembali. Sedangkan psikoterapi berhubungan dengan tujuan merekonstruksi
kepribadian seseorang.
·
Blocher
(1996) merumuskan perbedaan antara keduanya sebagai berikut :
1.
Pada
konseling : developmental – educative – preventive.
2.
Pada
psikoterapi : remediative – adjustive – therapeutic.
Berdasarkan Klien, Konselor, dan Penyelenggaraannya.
Telah banyak usaha dilakukan untuk membedakan konseling
dengan psikoterapi dari sudut kliennya itu sendiri. Secara tradisional mudah
membedakan konseling dan psikoterapi , karena pada konseling, konselor
menghadapi klien yang normal, sebaliknyapada psikoterapi, terapis
menghadapi klien yang mengalami neurosis atau psikosis.
·
Patterson
(1973) maupun Pallone (1977) mengatakan bahwa konseling diberikan seseorang
sebagai klien, sedangkan psikoterapi kepada seseorang sebagai pasien. Konselor
dan Psikoterapis keduanya mempunyai latar belakang pendidikan yang pada umumnya
berbeda, namun ada kesamaan pada subjek tertentu yang harus dipelajari dan
dilatih serta dikuasai selama dalam pendidikan, seperti teori dasar mengenai
kepribadian dan perkembangan, gangguan perubahan dan penilaian dan alat penilainnya.
Oleh karena itu dimungkinkan untuk memperoleh pendidikan yang
memungkinkan. Kegiatan untuk melakukan konseling bisa dilakukan misalnya
di sekolah atau Lembaga Pendidikan yang lain, termasuk Perguruan Tinggi,
Lembaga atau Biro khusus atau praktik pribadi untuk memberikan layanan mengenai
hal itu. Psikoterapi juga biasa dilakukan dalam kegiatan yang sifatnya klinis
di Sekolah atau Lembaga/Yayasan tersebut, dengan pengaturan tempat dan suasana
yang khusus, sekalipun banyak dilakukan di Lembaga yang berhubungan dengan
kesehatan, seperti Rumah Sakit atau juga Lembaga/Biro/Yayasan khusus atau
praktik pribadi.
Berdasarkan Metode
·
Patterson
(1959) mengatakan bahwa perbedaan antara keduanya tidak terlalu besar karena
beberapa metode pada masing-masing seperti penciptaan rapport, peranan klien
dan arah hubungan atau pendekatan, kesemuanya dipakai oleh keduanya.
·
Black
(1952) juga mengemukakan bahwa beberapa metode yang universal dan esensial pada
psikoterapi seperti rapport, menerima dan menghargai hakikat dan martabat
pasien, kualitas hubungan dengan pembatasan-pembatasannya, semua bisa dipakai
dalam konseling.
·
Steffler
& Grant (1972) mengatakan bahwa konseling ditandai oleh jangka waktu yang
lebih singkat, lebih sedikit waktu pertemuannya, lebih banyak melakukan evaluasi
psikologis, lebih memperhatikan masalah sehari-hari klien, lebih memfokuskan
kepada aktivitas kesadaran, lebih memberikan nasihat, kurang berhubu8ngan
dengan transferens, lebih menekankan pada situasi yang rill, lebih kognitif dan
berkurang intensitas emosi, lebih menjelaskan atau menerangkan dan lebih
sedikit kekaburannya.
Bentuk-Bentuk Utama Dari Psikoterapi
Dibawah ini merupakan bentuk-bentuk terapi menurut Phares
(dalam Markam, 2007), dapat dibedakan menjadi dua aspek, antara lain menurut
tujuan dan menurut kedalamannya. Menurut kedalamannya dibedakan:
·
Psikoterapi
suportif, tujuan: untuk memperkuat perilaku penyesuaian diri klien tersebut
yang sudah baik serta memberi dukungan psikologis dan menghindari diri dari
usaha untuk menggali apa yang ada didalam alam bawah sadar klien tersebut
Psikoterapi Suportif ini dilakukan untuk memberikan dukungan pada klien yang
mengalami kesulitan pada dirinya.
·
Psikoterapi
reedukatif, tujuan: untuk mengubah pikiran klien menjadi lebih positif dan
efektif serta mendidik kembali agar klien dapat menyesuaikan diri lebih baik
setelah mempunyai pemahaman yang baru atas persoalannya tersebut. Psikoterapi
ini biasanya dilakukan dalam konseling
·
Psikoterapi
rek ronstruktif, tujuan: untuk mengubah seluruh kepribadian klien dengan
menggali ketidaksadaran klien, lalu menganalisa mekanisme defensif yang
patologis, memberi pemahaman akan adanya proses-proses tak sadar dan
seterusnya. Psikoterapi ini berkaitan dengan pendekatan psikoanalisis dan
berlangsung intensf dalam jangka waktu yang lama.
Menurut
J.P. Chaplin ada beberapa pendekatan psikoterapi terhadap mental
illness, diantaranya
- Biological
Meliputi keadaan mental organik,
penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey,
Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang
berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
- Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus
dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic,
kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan
respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga
meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan
lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
- Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem
dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga.
Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi
yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
- Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan
harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan
keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai
sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan
atau pemaksaan.
Bentuk Utama dari Terapi
Berdasarkan
tujuan dan pendekatan metodis, Wolberg membagi perawatan psikoterapi menjadi
tiga (3) tipe, yaitu :
- Terapi Supportif (Supportive
Therapy)
Merupakan
perawatan dalam psikoterapi yang mempunyai tujuan untuk :
- Memperkuat benteng pertahanan
(harga diri atau kepribadian)
- Memperluas mekanisme
pengarahan dan pengendalian emosi atau kepribadian
- Pengembalian pada penyesuaian
diri yang seimbang.
Penyembuhan
supportif ini dapat menggunakan beberapa metode dan teknik pendekatan,
diantaranya :
- Bimbingan (Guidance)
- Mengubah lingkungan
(Environmental Manipulation)
- Pengutaraan dan penyaluran
arah minat
- Tekanan dan pemaksaan
- Penebalan perasaan
(Desensitization)
- Penyaluran emosional
- Sugesti
- Penyembuhan inspirasi
berkelompok (Inspirational Group Therapy)
- Terapi Redukatif (Reeducative
Therapy)
Suatu
metode pnyembuhan yang mempunyai bertujuan untuk mengusahakan penyesuaian
kembali, perubahan atau modifikasi sasaran/tujuan hidup, dan untuk menghidupkan
kembali potensi. Adapun metode yang dapat digunakan antara lain
- Penyembuhan sikap (attitude
therapy)
- Wawancara (interview
psychtherapy)
- Penyembuhan terarah
(directive therapy)
- Psikodrama, dll
- terapi Rekonstruktif
(Reconstructive Therapy)
Penyembuhan
rekonstruktif mempunyai tujuan untuk menimbulkan pemahaman terhadap konflik
yang tidak disadari agar terjadi perubahan struktur karakter dan untuk
perluasan pertunbuhan kepribadian dengan mengembangkan potensi. Metode dan
teknik pendekatannya antara lain :
- Psikoanalisis
- Pendekatan transaksional
(transactional therapy)
- Penyembuhan analitik
berkelompok
Teknik
Terapi dalam berbagai pandangan Psikologi :
- Teknik Terapi Psikoanalisa:
teknik ini menekaknkan fungsi pemecahan masalah dari ego yang berlawanan
dengan impuls seksual dan agresif dari id.
- Teknik Terapi Perilaku:
Teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku
individu.
- Teknik Terapi Kognitif
Perilaku: tenik ini memodifikasi perilaku individu dan mengubah keyakinan
maladaptif.
- Teknik Terapi Humanistik:
Teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu individu
menyadari diri sesungguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan
intervensi terapis yang minimal
- Teknik Terapi Elektrik atau
Integratif: Terapis mengkhususkan diri dalam masalah spesifik.
- Teknik Terapi Kelompok dan
Keluarga: teknik yang memberikan kesempatan bagi individu untuk menggali
sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki
masalah serupa.
Daftar
Pustaka :
Khairani,
M. (2014). Psikologi konseling. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Gunarsa, S, D. (2004). Konseling dan psikoterapi. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar