A. Definisi Play Therapy
Terapi permainan adalah penggunaan media permainan (alat dan
cara bermain) dalam pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus yang bertujuan
untuk mengurangi atau menghilangkan gangguan-gangguan atau
penyimpangan-penyimpangan. Seperti gangguan dan penyimpanga pada fisik, mental,
sosial, sensorik, dan komunikasi (Indriyani, 2011).
Play therapy adalah
sebuah proses terapeutik yang menggunakan permainan sebagai media terapi agar
mudah melihat ekspresi alami seorang anak yang tidak bisa diungkapkannya dalam
bahasa verbal karena permainan merupakan pintu masuk kedalam dunia anak-anak
(Hatiningsih, 2013)
B. Tujuan Play Therapy
Tujuan terapi bermain adalah mengubah tingkah laku anak yang
tidak sesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan. Dengan terapi, anak mampu
diubah perilakunya melalui cara yang menyenangkan.
C. Kategori Bermain Secara Umum:
a.
Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif
dari anak sendiri.
Contoh : bermain sepak bola.
Contoh : bermain sepak bola.
b.
Bermain pasif
Energi yang dikeluarkan sedikit,anak tidak
perlu melakukan aktivitas (hanya melihat)
Contoh : memberikan support.
Contoh : memberikan support.
Ciri-ciri Bermain :
1) Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2) Selalu ada timbal balik interaksi
3) Selalu dinamis
4) Ada aturan tertentu
5) Menuntut ruangan tertentu
D. Klasifikasi bermain menurut isi :
1. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan,misalnya orang tua berbicara memanjakan anak
tertawa senang,dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan
lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memproleh kesenangan dari satu obyek yang ada
disekitarnya,dengan bermain dapat merangsang perabaan alat,misalnya bermain air
atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan
tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai
sepeda
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah
atau ibu
E. Klasifikasi Bermain menurut sosial :
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada
beberapa orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita
Todler.
2. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak
masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya
tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak
preischool. Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play Permainan dimana anak bermain
dalam keluarga dengan aktifitas yangsma tetapi belum terorganisasi dengan
baik,belum ada pembagian tugas,anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang
terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Bissanya dilakukanoleh
anak usia sekolah Adolesen
F. Peranan Play Therapy dalam
Psikoterapi (Indriyani, 2011)
1. Terapi bermain sebagai sarana pencegahan pra
bencana. Dengan terapi bermain anak-anak dibantu untuk meimajinasikan peristiwa
bencana, dan dilatih untuk bisa siap siaga dengan simulasi longsor yang
diberikan lewat permainan.
2. Terapi bermain sebagai sarana penyembuhan.
Dalam hal ini terapi permainan dapat mengembalikan fungsi fisik, psiko-terapi,
fungsi sosial, melatih komunikasi, khususnya pasca bencana longsor. Karena
sudah banyak terbukti terapi bermain adalah terapi yang berhasil menangani
kondisi trauma anak-anak setelah bencana. Seperti saat bencana di mentawai dan
merapi.
3. Terapi bermain sebagai sarana penyesuaian
diri. Aktivitas permainan yang dilakukan secara berkelompok dapat membantu anak
yang berkelainan untuk lebih mudah mengenal lingkungannya.
4. Terapi bermain sebagai sarana untuk
mempertajam pengindraan. Misalnya permainan warna membantu anak yang
berkelainan pada mata. Permainan yang menantang kordinasi tangan dan mata, akan
membantu anak yang perhatiannya kurang, dll.
5. Terapi bermain sebagai sarana untuk
mengembangkan kepribadian. Khususnya untuk anak dengan perilaku menyimpang.
Kepribadian yang kurang matang, menyebabkan anak berperilaku non asertif,
arogan dan impulsive, dengan terapi bermain, perilaku tersebut diubah menjadi
perilaku yang asertif.
G. Penerapan play therapy dalam
psikoterapi
Play therapy digunakanuntuk
diagnosis, kesenangan, aliansi, terapi, ekspresi diri, peningkatan ego,
kognitif dan sosialisasi. Dalam hal ini kognitif yang dimaksud adalah menjelaskan
tentang keterampilan, seperti konsentrasi, memori, mengantisipasi konsekuensi
dari perilaku seseorang, dan pemecahan masalah secara kreatif yang dapat di
kembangkan melalui play therapy (Reid dan Schafer dalam Hatiningsih, 2013)
H. Langkah-langkah Play Therapy (Indriyani,
2011)
1. Langkah awal
a. Membangun kepercayaan melalui aktive
listening and reading situation (mendengar-kan secara aktif dan
membaca keadaan anak) dan unconditional acceptance (penerimaan
tanpa syarat), mencoba memberikan bantuan pada anak dan berkomunikasi penuh
kesabaran dengan anak. Untuk itu, menurut Kottman (2005) orang yang memberikan
terapi harus berusaha masuk secara total dalam dunia anak, sehingga anak
betul-betul merasa aman dan menganggapnya sebagai sahabat. Langkah ini bisa
dilakukan oleh konselor dengan menyediakan berbagai permainan yang digemari
anak.
b. Mengidentifikasi karakteristik anak
berkebutuhan khusus yang akan diberi terapi
c. Menentukan permainan yang sesuai dengan
karakteristik anak dan menyiapkan alat-alat permainan yang akan diberikan.
d. Menentukan target behavior atau tujuan yang
ingin dicapai dalam terapi. Sebaiknya membelajarkan pembelajaran mitigasi
bencana secara perlahan, terstruktur dan berkesainambungan. Bagilah target
behavior dalam beberapa sesi.
e.
Membuat jadwal dan
menentukan tempat terapi bersama-sama dengan anak. Tentunya yang sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik anak.
2. Langkah pertengahan
a.
Memulai terapi
b.
Memberikan informasi
kepada ABK mengenai tujuan dari terapi bermain yang akan diberikan
c.
Mengeksplorasi dan
mengobservasi cara anak bermain, sehingga dengan cara ini konselor juga dapat
membantu anak untuk mengembangkan kreativitasnya secara luas, seperti kemampuan
bahasa, seni, gerak, drama dan dapat mengembangkan kemampuan emosi anak dalam
menjalin hubungan dengan alam sekitarnya.
3. Langkah akhir
Langkah akhir adalah suatu langkah dimana seorang
terapis mengakhiri proses terapi yang dia berikan;
a. Beri kesempatan anak untuk menyimpulkan apa
yang dia dapatkan dari permainan yang dilakukan.
b.
Terapi bisa diakhiri
jika pada diri anak telah menunjukkan kemajuan dalam berbagai bentuk perilaku
positif, khususnya tujuan dari diberikannya terapi bermain ini dan berikan
penegasan terhadap apa yang anak kemukan dengan benar tentang tujuan terapi
permainan ini.
4. Kelebihan Metode Bermain
a. Merangsang perkembangan motorik anak, karena
dalam bermain membutuhkan gerakan-gerakan
b. Merangsang perkembangan berfikir anak, karena
dalam bermain membutuhkan pemecahan masalah bagaimana melakukan permainan itu
dengan baik dan benar
c. Melatih kemandirian anak dalam melakukan
sesuatu secara mandiri tidak menggantungkan diri pada orang lain.
d. Melatih kedisiplinan anak, karena dalam
permainan ada aturan-aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan.
e. Anak lebih semangat dalam belajar, karena
naluri anak usia dini belajar adalah bermain yang didalamnya mengandung
pelajaran.
5. Kekurangan Metode Bermain
a.
Membutuhkan biaya yang
lebih, karena dalam metode bermain membutuhkan alat atau media yang harus
dipersiapkan terlebih dahulu
b.
Membutuhkan ruang atau
tempat yang khusus sesuai dengan tipe permainan yang dilakukan
Daftar Pustaka
Hatiningsih, Nuligar. (2013). Play therapy untuk meningkatkan
konsentrasi pada anak attention deficit hyperactive disorder (ADHD). Jurnal
ilmiah psikologi terapan 1-2. 324-342 ISSN: 2301-8267.
Indriyani, L. (2011). Play therapy: pembelajaran mitigasi
bencana tanah longsor untuk ABK. Bulletin vulkanologi dan bencana geologi.
6-3:7-15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar