Selasa, 05 Januari 2016

Terapi Bermain (Play Therapy)

A.    Definisi Play Therapy
Terapi permainan adalah penggunaan media permainan (alat dan cara bermain) dalam pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gangguan-gangguan atau penyimpangan-penyimpangan. Seperti gangguan dan penyimpanga pada fisik, mental, sosial, sensorik, dan komunikasi (Indriyani, 2011).
Play therapy adalah sebuah proses terapeutik yang menggunakan permainan sebagai media terapi agar mudah melihat ekspresi alami seorang anak yang tidak bisa diungkapkannya dalam bahasa verbal karena permainan merupakan pintu masuk kedalam dunia anak-anak (Hatiningsih, 2013)

B.     Tujuan Play Therapy
Tujuan terapi bermain adalah mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan. Dengan terapi, anak mampu diubah perilakunya melalui cara yang menyenangkan.

C.    Kategori Bermain Secara Umum:
a.        Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri.
Contoh : bermain sepak bola.
b.        Bermain pasif
Energi yang dikeluarkan sedikit,anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya melihat)
Contoh : memberikan support.
Ciri-ciri Bermain :
1)      Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2)      Selalu ada timbal balik interaksi
3)      Selalu dinamis
4)      Ada aturan tertentu
5)      Menuntut ruangan tertentu

D.    Klasifikasi bermain menurut isi :
1.      Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan,misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang,dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2.      Sense of pleasure play
Anak memproleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya,dengan bermain dapat merangsang perabaan alat,misalnya bermain air atau pasir.
3.      Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda
4.       Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu

E.     Klasifikasi Bermain menurut sosial :
1.      Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Todler.
2.       Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak preischool. Contoh : bermain balok
3.      Asosiatif play Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yangsma tetapi belum terorganisasi dengan baik,belum ada pembagian tugas,anak bermain sesukanya.
4.      Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Bissanya dilakukanoleh anak usia sekolah Adolesen

F.     Peranan Play Therapy dalam Psikoterapi (Indriyani, 2011)
1.      Terapi bermain sebagai sarana pencegahan pra bencana. Dengan terapi bermain anak-anak dibantu untuk meimajinasikan peristiwa bencana, dan dilatih untuk bisa siap siaga dengan simulasi longsor yang diberikan lewat permainan.
2.      Terapi bermain sebagai sarana penyembuhan. Dalam hal ini terapi permainan dapat mengembalikan fungsi fisik, psiko-terapi, fungsi sosial, melatih komunikasi, khususnya pasca bencana longsor. Karena sudah banyak terbukti terapi bermain adalah terapi yang berhasil menangani kondisi trauma anak-anak setelah bencana. Seperti saat bencana di mentawai dan merapi.
3.      Terapi bermain sebagai sarana penyesuaian diri. Aktivitas permainan yang dilakukan secara berkelompok dapat membantu anak yang berkelainan untuk lebih mudah mengenal lingkungannya.
4.      Terapi bermain sebagai sarana untuk mempertajam pengindraan. Misalnya permainan warna membantu anak yang berkelainan pada mata. Permainan yang menantang kordinasi tangan dan mata, akan membantu anak yang perhatiannya kurang, dll.
5.      Terapi bermain sebagai sarana untuk mengembangkan kepribadian. Khususnya untuk anak dengan perilaku menyimpang. Kepribadian yang kurang matang, menyebabkan anak berperilaku non asertif, arogan dan impulsive, dengan terapi bermain, perilaku tersebut diubah menjadi perilaku yang asertif.

G.    Penerapan play therapy dalam psikoterapi
Play therapy digunakanuntuk diagnosis, kesenangan, aliansi, terapi, ekspresi diri, peningkatan ego, kognitif dan sosialisasi. Dalam hal ini kognitif yang dimaksud adalah menjelaskan tentang keterampilan, seperti konsentrasi, memori, mengantisipasi konsekuensi dari perilaku seseorang, dan pemecahan masalah secara kreatif yang dapat di kembangkan melalui play therapy (Reid dan Schafer dalam Hatiningsih, 2013)

H.    Langkah-langkah Play Therapy (Indriyani, 2011)
1.      Langkah awal
a.       Membangun kepercayaan melalui aktive listening and reading situation (mendengar-kan secara aktif dan membaca keadaan anak) dan unconditional acceptance (penerimaan tanpa syarat), mencoba memberikan bantuan pada anak dan berkomunikasi penuh kesabaran dengan anak. Untuk itu, menurut Kottman (2005) orang yang memberikan terapi harus berusaha masuk secara total dalam dunia anak, sehingga anak betul-betul merasa aman dan menganggapnya sebagai sahabat. Langkah ini bisa dilakukan oleh konselor dengan menyediakan berbagai permainan yang digemari anak.
b.       Mengidentifikasi karakteristik anak berkebutuhan khusus yang akan diberi terapi
c.       Menentukan permainan yang sesuai dengan karakteristik anak dan menyiapkan alat-alat permainan yang akan diberikan.
d.      Menentukan target behavior atau tujuan yang ingin dicapai dalam terapi. Sebaiknya membelajarkan pembelajaran mitigasi bencana secara perlahan, terstruktur dan berkesainambungan. Bagilah target behavior dalam beberapa sesi.
e.       Membuat jadwal dan menentukan tempat terapi bersama-sama dengan anak. Tentunya yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak.

2.      Langkah pertengahan
a.        Memulai terapi
b.        Memberikan informasi kepada ABK mengenai tujuan dari terapi bermain yang akan diberikan
c.        Mengeksplorasi dan mengobservasi cara anak bermain, sehingga dengan cara ini konselor juga dapat membantu anak untuk mengembangkan kreativitasnya secara luas, seperti kemampuan bahasa, seni, gerak, drama dan dapat mengembangkan kemampuan emosi anak dalam menjalin hubungan dengan alam sekitarnya.

3.      Langkah akhir
Langkah akhir adalah suatu langkah dimana seorang terapis mengakhiri proses terapi yang dia berikan;
a.       Beri kesempatan anak untuk menyimpulkan apa yang dia dapatkan dari permainan yang dilakukan.
b.       Terapi bisa diakhiri jika pada diri anak telah menunjukkan kemajuan dalam berbagai bentuk perilaku positif, khususnya tujuan dari diberikannya terapi bermain ini dan berikan penegasan terhadap apa yang anak kemukan dengan benar tentang tujuan terapi permainan ini.

4.      Kelebihan Metode Bermain
a.       Merangsang perkembangan motorik anak, karena dalam bermain membutuhkan gerakan-gerakan
b.       Merangsang perkembangan berfikir anak, karena dalam bermain membutuhkan pemecahan masalah bagaimana melakukan permainan itu dengan baik dan benar
c.       Melatih kemandirian anak dalam melakukan sesuatu secara mandiri tidak menggantungkan diri pada orang lain.
d.      Melatih kedisiplinan anak, karena dalam permainan ada aturan-aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan.
e.       Anak lebih semangat dalam belajar, karena naluri anak usia dini belajar adalah bermain yang didalamnya mengandung pelajaran.

5.      Kekurangan Metode Bermain
a.     Membutuhkan biaya yang lebih, karena dalam metode bermain membutuhkan alat atau media yang harus dipersiapkan terlebih dahulu
b.     Membutuhkan ruang atau tempat yang khusus sesuai dengan tipe permainan yang dilakukan

Daftar Pustaka
Hatiningsih, Nuligar. (2013). Play therapy untuk meningkatkan konsentrasi pada anak attention deficit hyperactive disorder (ADHD). Jurnal ilmiah psikologi terapan 1-2. 324-342 ISSN: 2301-8267.



Indriyani, L. (2011). Play therapy: pembelajaran mitigasi bencana tanah longsor untuk ABK. Bulletin vulkanologi dan bencana geologi. 6-3:7-15.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar